Pondok Tahfidz di Malang: Malang dikenal dengan kota pendidikan karena kota ini dikelilingi banyak kampus baik swasta maupun negeri. Sistem pendidikan di daerah ini sangat didukung pemerintahan. Malang juga memiliki banyak tempat wisata dan kekayaan alam yang melimpah.
Banyaknya mahasiswa yang datang ke Malang memberi pengaruh yang kurang baik bagi masyarakat. Apalagi mereka yang datang dari kota metropolitan dengan pergaulan buruk sangat mewarnai kota pendidikan ini.
Pondok Tahfidz di Malang: Melihat itu semua, ada segelintir orang yang peduli dengan kebaikan mendirikan pondok pesantren. Beberapa di antaranya memiliki program unggulan di bidang Al-Qur’an. Harapannya pondok ini akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Beberapa pondok pesantren Tahfidz di Malang yaitu Al-Khairot, Tazkia International Islam Boarding School (IIBS), Asy-Syadzili, Ar-Rohmah Islamic Boarding School, dan Pondok Pesantren Daarul Ukhuwah (PPDU).
Awal mula pendirian Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang dari tanah hibah untuk pesantren. Hj. Siti Ruqoyyah asal desa Bulupitu, kecamatan Gondanglegi, kabupaten Malang datang ke Kyai Syuhud Zayyadi untuk menawarkan sebidang tanah untuk keperluan pendirian pesantren.
Kyai Syuhud tidak langsung menerima tawaran tersebut karena Hj. Ruqoyah menawarkan sebidang tanah itu dengan akad transaksi wakaf. Kyai Syuhud menolak pemberian tanah waqaf untuk pesantren karena akan berpotensi kurang baik ke depan.
Kyai Syuhud baru akan bersedia menerima tawaran tanah tersebut apabila berupa tanah hibah sehingga keluarga pengasuh pesantren nantinya bebas menggunakan tanah tersebut tanpa takut terjadi pelanggaran hukum syariah. Akhirnya, Hj. Ruqoyah menyetujui bahwa tanah yang ditawarkan adalah tanah hibah. Bukan tanah wakaf.
Tazkia sudah berdiri sejak 2012. Namun, baru 2014 angkatan pertama masuk. Letaknya di Jalan Tirto Sentono No. 15, Dau, Malang. Di sini khusus untuk jenjang SMP dan SMA. Didirikan oleh banyak pendiri. Salah duanya adalah Muhammad Ali Wahyudi, M.Pd dan Ust. Nur Abidin, M.Ed. Luas gedung wilayah putri yakni 1,2 hektar, sedangkan untuk putra hampir 3 hektar.
Orang tua yang berminat memondokkan anaknya di Tazkia harus merogoh kocek hingga 35 jutaan. Sedangkan SPP perbulannya mencapai Rp 2 juta.
Meski tergolong mahal, Tazkia memiliki keunikan di kurikulumya. Mereka sudah memakai kurikulum Al Azhar dengan mewajibkan santri hafalan minimal 8 juz. Selain itu, tentunya materi-materi keislaman juga diberikan. Tazkia masih menggunakan kurikulum nasional juga, namun digabung dengan kurikulum internasional Cambrige Checkpoint untuk pelajaran matematika, sains, dan bahasa Inggris. Di sana diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Selain itu, terdapat ekskul wajib yakni berkuda, memanah, berenang, bela diri, dan pramuka.
Berdirinya Pondok Pesantren Qur’an (PPSQ) Asy-Syadzili berawal dari seorang KH. Syadzili Muhdlor menjadi menantu H. Marzuqi dan menetap di Sumberpasir, maka beliau (KH. Syadzili Muhdlor) mumulai merintis pendidikan agama di sekitar wilayah sumberpasir.
Pada awalnya tidak ada santri yang menetap, sekitar tahun 1961-1980 terjadi kejadian aneh, tanpa alasan yang jelas beliau membubarkan para santri, kemudian beliau merintis kembali pendidikan agama yang telah dibubarkan tersebut.
Pada tahun 1970 sudah banyak santri yang datang untuk nyantri (menetap) tetapi karena keterbatasan tempat dan fasilitas maka mereka belum bisa diterima hingga akhirnya pada tahun 1975 dibangunlah sebuah asrama kecil di atas tanah waqaf masjid yang berkapasitas sekitar 15 orang.
Pada tahun 1980-an di bangun juga asrama pondok putri dengan kapasitas sekitar 30 orang, berdirinya pondok putri ini atas jasa ibu Nyai (Hj. Rahmah Marzuqi) dengan tanpa restu mu’assis, Ibu Nyai memberikan tanahnya untuk dibangun pondok.
Tahun 1991, 14 hari sebelum beliau wafat, beliau berwasiat kepada Ibunyai dan putra putrinya, agar mengijinkan orang/siapa saja yang berkeinginan membangun pondok, dan akhirnya pada tanggal 24 Djumadil Awal 1412 H beliau di panggil oleh sang kholiq, beliau wafat pada usia 75 tahun. Hingga akhirnya pada tahun 1998 dirintis pendidikan diniyah yang selama ini belum terlaksana di PPSQ Asy-Syadzili.
Selanjutnya ada Ar-Rohmah. Ar-Rohmah terletak di Jalan Jambu 1, Semanding, Sumbersekar, Dau, Malang. Di sini, terdapat, SD, SMP, dan SMA. Hanya saja, untuk mondok, anak harus minimal SMP. Pondok ini dibawahi oleh Hidayatullah. Bangunan berdiri pada tahun 2000, sedangkan pendidikan mulai jalan pada tahun 2008. Luas bangunan untuk wilayah putri saja adalah 4 hektar.
Ar-Rohmah juga pondok yang tergolong mewah. Dalam artian gedungnya besar-besar. Ruang kelas layaknya ruang kelas pada umumnya. Setiap kamar dihuni oleh 12 santri dengan tempat tidur susun. Setiap kamar terdapat 2 kamar mandi dalam.
Ar-Rohmah sendiri kini sudah terakreditasi A dan menggunakan kurikulum 2013. Meski begitu, baru-baru ini pihak sekolah melakukan studi kampus ke Malaysia dan Singapura. Selanjutnya, kualitas pendidikannya Ar-Rohmah akan distandarkan internasional.
Untuk itu, pantas saja apabila Ar-Rohmah dijuluki dengan pondok pesantren yang banyak melahirkan siswa-siswa yang berprestasi dan memenangkan banyak kompetisi. Bagi orang tua yang ingin memasukkan anak ke pondok ini, harus menyiapkan biaya hingga Rp 21 jutaan. Sedangkan untuk SPPnya yakni Rp 1.700 juta an per bulannya.
Pondok pesantren modern ini terletak di Jalan Asrikaton, Bamban, Pakis, Malang. Didirikan tahun 2010 oleh KH. DR Muhammad Ajir Abdi Moenip Lc MA. Saat ini masih terus dalam tahap pembangunan. Selanjutnya yang akan diselesaikan adalah pembangunan masjid.
Untuk diketahui, Daarul Ukhuwah berarti kampung persaudaraan. Islam NU, maupun muhammadiyah, atau yang lain semuanya bersaudara.
“Di sini semua jadi satu. Tidak ada yang khusus. Semua bersaudara,” terang Ahmad Fauzi, Staff TU PPDU.
Fasilitas di ponpes ini pun juga lengkap. Namun, yang unggul di pesantren ini adalah bahasa Arabnya. Setelah 6 bulan mondok, santri wajib menggunakan bahasa Arab. Selain itu, santri juga harus hafal Quran minimal 6 juz.
Beri Komentar