Pondok Tahfidz di Jawa Timur: Jawa Timur dikenal dengan wilayah yang banyak melahirkan ulama. Banyak pesantren tua di wilayah ini seperti pesantren Tebuireng, Lirboyo, Darul Falah Ploso, Darussalam Gontor, Darul Lughoh Pasuruan, dan lain-lain.
Kali ini kita akan membahas pondok tahfidz di Jawa Timur. Beberapa pondok pesantren Tahfidz di Jawa Timur yaitu Al-Khairot, Mahad Muqaddasah, Darul Hikam, Tahfidzil Quran Lirboyo,
Awal mula pendirian Pondok Pesantren Al-Khoirot Jawa Timur dari tanah hibah untuk pesantren. Hj. Siti Ruqoyyah asal desa Bulupitu, kecamatan Gondanglegi, kabupaten Jawa Timur datang ke Kyai Syuhud Zayyadi untuk menawarkan sebidang tanah untuk keperluan pendirian pesantren.
Kyai Syuhud tidak langsung menerima tawaran tersebut karena Hj. Ruqoyah menawarkan sebidang tanah itu dengan akad transaksi wakaf. Kyai Syuhud menolak pemberian tanah waqaf untuk pesantren karena akan berpotensi kurang baik ke depan.
Kyai Syuhud baru akan bersedia menerima tawaran tanah tersebut apabila berupa tanah hibah sehingga keluarga pengasuh pesantren nantinya bebas menggunakan tanah tersebut tanpa takut terjadi pelanggaran hukum syariah. Akhirnya, Hj. Ruqoyah menyetujui bahwa tanah yang ditawarkan adalah tanah hibah. Bukan tanah wakaf.
Salah satu tolok ukur keberhasilan lulusan dari sebuah pondok pesantren juga dapat dilihat dari kualitas pendidiknya. Pondok tahfidz yang terletak di Ngumplang-Mlarak, Ponorogo, ini memiliki banyak tenaga pendidik yang berasal dari berbagai alumni pondok tahfidz ternama di Indonesia. Bahkan tenaga pendidik untuk pendidikan formal Muqaddasah berasal dari alumni Pondok Pesantren Gontor. Bahkan salah satu dari tiga pimpinan pondok Gontor pun turut serta mengasuh Mahad Muqaddasah.
Tak heran jika pondok tahfidz yang resmi didirikan pada 18 Oktober 1992 ini, dapat mencetak alumni yang berkualitas. Beberapa di antaranya bahkan kemudian dapat melanjutkan studinya ke perguruan-perguruan tinggi ternama baik di dalam negeri bahkan luar negeri. Mulai dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Brawijaya, ISID Gontor, Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Bahasa Arab (LIPIA) Jakarta, hingga Universitas Al-Azhar Mesir, Al Jami’ah Al-Islamiyyah Bil Madinah Al-Munawwaroh, dan masih banyak lagi tentunya.
Pondok tahfidz yang terletak di Kota Mojokerto ini memiliki fokus utama sebagai pondok eksklusif khusus perempuan. Dengan memadukan dua sistem, modern dan salaf membuat pondok tahfidz Qur’an ini juga memiliki ciri khas tersendiri.
Dalam pendidikan, Darul Hikam menerapkan sistem modern dengan mengoptimalkan sistem pendidikan dua puluh jam. Sehingga santriwati dibimbing sejak bangun tidur, hingga tidur kembali. Untuk tahfidznya menggunakan metode super tahfidz dari Malaysia. Intinya dari metode ini siswa akan mampu mencapai percepatan dengan optimal. Terutama karena pimpinan pondoknya memang memiliki hubungan erat dengan tokoh agama di negeri tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Untuk mendukung sistem ini, Darul Hikam Mojokerto memiliki fasilitas di atas rata-rata pondok pesantren tahfidz pada umumnya. Kamarnya ber-AC, setiap santriwati memiliki ranjang, dan kamar mandi yang cukup baik menggunakan shower layaknya hotel berbintang.
Selain dari segi akademi, pondok tahfidz ini pun juga menyiapkan pendidikan akhlaq bagi para santrinya. Yakni dengan melakukan terapi akhlaq. Terapi akhlaq ini diberikan bagi para santri yang memiliki akhlak kurang baik, yakni dengan diberikan suatu pendampingan khusus. Namun, jika semasa pendidikan di pondok si anak ini tidak mengalami perubahan, maka pihak pondok pun akan berdiskusi dengan pihak orang tua. Salah satu jalan keluarnya adalah si anak akan ditransfer ke pondok lain yang memiliki terapi ibadah lebih intensif, dan setelah membaik akan dipindahkan kembali. Oleh sebab itu pondok ini layak menjadi pondok tahfidz terbaik di Jawa Timur.
Pesantren Tahfidz yang satu ini khusus untuk putri. Berdiri secara natural, karena awalnya ada orangtua yang ingin anaknya berkhidmah kepada KH. Ahmad Idris Marzuqi. Anak yang bernama Arifah ini ditolak halus, namun namanya orang sudah percaya penuh ke kyai, permintaan itu terus didesak. Hingga menjadi khadim di keluarga kyai, dan menjadi penyimak Qur’an bu Nyai. Hj. Khodijah ketika menghafal.
Ajaib, dalam waktu tidak begitu lama, berdatangan santriwati lainnya, hingga kemudian didirikan asrama. Oleh sebab itu bisa dikatakan ini pondok tahfidz yang terjadi karena kharisma seorang kyai di lingkungan Lirboyo. Hingga sekarang, pondok tahfidz ini masih kalah besar dengan induk Lirboyo. Namun ketulusan kyai menjadi nilai lebih pondok ini hingga menjadi salah satu pondok pesantren tahfidz terbaik yang ada di wilayah Jawa Timur.
Pesantren Madrasatul Qur’an sebenarnya sudah ada sejak masa Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Hasyim punya keinginan besar untuk mendirikan lembaga pendidikan al-Qur’an. Beliau sangat mencintai orang yang hafal al-Qur’an (hafidz). Konon, pada Bulan Ramadhan tahun 1923, para santri Tebuireng telah secara bergiliran menjadi imam salat tarawih dengan bacaan al-Qur’an bil-hifdzi (dihafalkan) sampai khatam. Sayangnya, sistem hafalan al-Qur’an di Tebuireng saat itu belum terorganisasi dengan baik karena belum ada lembaga khusus yang menanganinya. Kondisi ini terus berlangsung sampai masa kepemimpinan Kiai Kholik Hasyim.
Pada masa kepemimpinan Pak Ud, tepatnya tahun 1971, rencana pendirian lembaga pendidikan al-Qur’an dimatangkan. Ada 9 orang kiai yang dilibatkan dalam rencana tersebut. Hasilnya, pada tanggal 27 Syawal 1319 H., atau 15 Desember 1971 M, lembaga itu secara resmi berdiri dengan nama Madrasatul Huffadz.
Beri Komentar