Apa arti sebuah perjalanan menurut Antum? Apakah untuk mencari sepenggal sensasi? Atau hanya ingin mengabadikan sebuah momen melalui sebingkai foto lantas diviralkan di dunia maya? Mungkin juga untuk merefresh ‘beban’ pikiran yang telah lama terombang-ambing oleh rutinitas kehidupan yang kadang keras dan menjemukan.
Saya memiliki pandangan tersendiri dengan yang namanya refreshing. Perjalanan ini berlangsung pada hari Ahad, 14 Mei 2023. Bukan hanya untuk mencari momen dan menenangkan pikiran, namun juga mencari apa itu arti kehidupan. Iya. benar-benar merasakan arti sebuah perjalanan untuk memaknai hidup. Bahwa hidup ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, yang hanya dalam hitungan detik bisa dilakukan.
Hidup hakikinya bagaikan roller coaster. Kadang naik dengan cepat. Kadang menukik dengan tajam. Persis rute perjalanan dari Telaga Sarangan, wilayah Magetan. Kemudian dilanjutkan perjalanan ke Isy Karima (Terawang Mangu) dan berakhir di Masjid Raya Sheikh Zayed, yang merupakan hibah dari putra mahkota Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, untuk Presiden Joko Widodo. Didapuk sebagai masjid persahabatan yang dibuka untuk umum pada 1 Maret 2023.
Dalam perjalanan itu, bukan tujuan yang mutlak penting. Namun juga bagaimana menikmati kelelahan dalam perjalanan, bagaimana memanfaatkan segala sumber energi yang tersedia di sekitar, dan bagaimana berjalan menikmati tiap langkah agar tidak terasa sebagai beban. Tapi yakinlah, perjalanan akan terasa lebih menyenangkan, karena banyak hal-hal yang bisa dinikmati, disyukuri dan wajib ditoleransi.
Tapi ingat satu hal! Terlalu percaya diri sendiri bukanlah satu jalan yang dianggap benar. Masing-masing kita memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun itu semua bisa tertutupi oleh hadirnya teman-teman serperjuangan. Tempat berbagi segelas Alma’, literasi dan sebungkus nasi yang dibawa dari pondok.
Sadarkah Antum. manusia itu, sehebat apapun ternyata lemah. Ternyata manusia tidak ada apa-apanya. Meski dirimu segagah Iqbaal Ramadhan atau seviral Dedy Corbuzier. Mulailah dalam dada mengatakan, “Saya adalah manusia, dan Tuhan Maha Segala-galanya”. Di situlah titik awal keimanan. Titik awal ketundukan. Di situlah titik awal keajaiban. Di titik itu, kita berusaha menepi untuk memaknainya.
Ketika awal perjalanan terasa kuat membara untuk pergi. Namun simpan semangat riang nan membaramu ketika ingin kembali pulang. Karena perjalanan yang sesungguhnya akan berarti ketika Kau bisa kembali pulang ke tempat semula dengan selamat. Pulang ke rumah yang penuh dengan orang-orang tersayang yang padanya banyak mengisahkan kenangan dan kerinduan. Pasti mengesankan kan?
Dari pelataran masjid Sheikh Zayed, kau akan menemukan hal-hal yang tak terduga lagi berharga, menambah kearifan dan membuka mata jiwa raga. Tentang realitas historis di mana satu generasi pernah menapak dan berpijak.
Andai generasi kita tahu kalau sebenarnya ada banyak nama yang harusnya dicatat dengan huruf tebal di buku-buku sejarah madrasah kita. Kita di titik nadir usia melanglang buana ke kota di pojok benua, jadilah ‘insan sejati’ sebagai penikmat perjalanan dengan mengungkap maksud baik Tuhan di balik setiap kejadian.
Rahasia terbesar dalam hidup : melewati hari dengan penuh arti. Sepakat, Antum?
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” QS.67:15.
Maasya Allah, nasehat yang indah. Baarakallahu fiikum
Beri Komentar