Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr).
Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah, dan keuntungan abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad Bin Al Hasan Bin Abdullah dalam syairnya :
Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah dilautan ilmu yang berguna. Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling harus untuk dipelajari. Ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Ia laksana benteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu orang ahli ibadah tapi bodoh. Contoh ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu fikih, ilmu tafsir, shalat, puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang beli jika berdagang.
Menurut Imam Al-Gazali tujuan dari menuntut ilmu adalah bagaimana mendekatkan diri kepada Allah (takwa). Sungguh tujuan yang keliru bila menuntut ilmu hanya untuk mendapat pekerjaan. Apalagi tuntutan dari orang tua/sanak keluarga yang setelah menyekolahkan anak-anaknya langsung menuntut untuk kerja. Padahal tujuan utama untuk menuntut ilmu bukan hanya ingin mendapat uang tapi bagaimana mendekatkan diri kepada Allah.
Terdapat makna yang mendalam dari pepatah tersebut. Rumput diartikan sebagai kepentingan dunia, seperti harta, jabatan, ketenaran, dll. Sedangkan padi berarti urusan akhirat dan spiritual, seperti ridha Allah, pahala, surga, dsb. Jadi sesuai pepatah di atas, jika kita hanya mengejar kesenangan dunia, maka hanya dunia yang kita dapatkan. Sedangkan jika apapun yang kita perbuat diniatkan untuk akhirat, maka dunia dan akhirat pun Insyaaallah akan ada di tangan kita.
Nabi bersabda, “Semua perbuatan amal itu tergantung pada niatnya”.
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ
Rasulullah SAW bersabda, “Banyak perbuatan atau yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena dasarnya niat yang baik (ikhlas) maka menjadi atau tergolong amal-amal akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang sepertinya tergolong amal akhirat kemudian menjadi amal dunia, karena dasarnya niat yang buruk (tidak ikhlas)”.
Syaikh Imam Hammad Bin Ibrahim Bin Ismail Assyafar Al Anshari membacakan syairnya kepada Abi Hanifah : “Siapa yang menuntut ilmu untuk akhirat, tentu ia akan memperoleh anugrerah kebenaran. Dan kerugian bagi orang yang menuntut ilmu hanya karena mencari kedudukan di masyarakat”.
Seperti kata sebuah syair: “Dunia ini lebih sedikit dari yang sedikit, orang yang terpesona padanya adalah orang paling hina. Dunia dan isinya adalah sihir yang dapat menulikan dan membutakan, mereka kebingungan tanpa petunjuk”.
Seorang penuntut Ilmu tidak boleh menuruti keingingan berdasarkan hawa nafsunya. Seperti kata sebuat syair, “Sungguh hawa nafsu itu adalah rendah nilainya, barangsiapa terkalahkan oleh hawa nafsunya berarti ia terkalahkan oleh kehinaan”.
Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati kitab. Seorang penuntut Ilmu khususnya satri dilarang memegang kitab kecuali dalam keadaan suci. Imam Syamsul A’immah Al Halwani berkata “Aku memperoleh ilmu ini karena aku menghormatinya. Aku tak pernah mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci”. Imam Sarkhasi pernah sakit perut, namun beliau tetap mengulang-ulang belajarnya dan berwudhu sampai tujuh belas kali pada malam itu, karena beliau tidak mau belajar kecuali dalam keadaan suci. Ilmu itu adalah cahaya, dan wudhu juga cahaya. Sedangkan cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu.
Para penuntuk ilmu dilarang meletakkan kitab didekat kakinya ketika duduk bersila. Hendaknya kitab tafsir diletakkan diatas kitab-kitab lain, dan hendaknya tidak melektakkan sesuatu diatas kitab.
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sekarang ini membuat kita mudah untuk mencari ilmu baik secara langsung atau tidak langsung, baik via daring atau luring atau menggunakan buku atau media elektronik yang telah membawa perubahan dalam proses menuntut ilmu.
Pertanyaannya adalah betapa banyak kemudahan yang telah Allah berikan kepada kita untuk belajar, namun pernah kita berfikir sejauh mana berkah ilmu itu kepada kita atau seberapa paham/lengketnya ilmu kita. Keberhasilan sesuai dengan usaha. Sesuatu yang mudah didapat pasti mudah juga hilang, turun harga dan turun nilai, tapi jika cara mendapatkannya butuh perjuangan, harganya mahal dan butuh pengorbanan untuk menggapainya maka kita akan menghargai sesuatu yang didapat itu dan pasti akan betul” menjaganya. Begitu pula juga dengan ilmu, yang membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Sebagaimana para ulama dulu yang belajar ilmu begitu banyak tantangannya dan tetap istiqomah kepada iman dan aqidahnya sehingga betul-betul menjaga ilmunya, sehingga ilmu mereka masih kita rasakan sampai sekarang. Penuntut Ilmu. Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu” sangat penting untuk mencontoh kebiasaan para ulama dulu agar menjadi ulama yang hebat.
Beri Komentar