Info Sekolah
Wednesday, 07 Jun 2023

Masjid Agung An Nur Pare

Diterbitkan :

Simbol Perjuangan Islam dengan Penghargaan Internasional

Masjid Agung An-Nur Pare adalah masjid yang terletak di Jalan Matahari, No. 2, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Masjid Agung An-Nur Pare menjadi representasi penting untuk masyarakat setempat. Selain sebagai tempat ibadah, masjid yang dibangun pada tahun 1996 ini juga merupakan pusat syiar Islam di Kecamatan Pare dan Kabupaten Kediri.

Sejarah Singkat

Pembangunan masjid di tanah seluas sekitar 4 hektare ini sempat terhenti karena krisis moneter 1997, tetapi akhirnya berhasil diselesaikan dengan menelan biaya sekitar Rp 200 miliar. Biaya pembangunan itu sungguh besar untuk ukuran sebuah masjid, tetapi menjadi wajar bila ditengok dari bangunan masjid yang namanya diambil dari Kyai Nurwahid, pejuang Islam yang terkenal di Kota Pare yang dimakamkan di Desa Tulung Rejo, Pare, Kediri.

Seperti kebanyakan masjid di Indonesia, arsitektur khas Jawa bisa dilihat pada bentuk atap masjid, yaitu atap tajug untuk bangunan induknya dan atap joglo untuk bangunan tempat masuk. Agar terkesan ekspresif, atap tajug dirancang berebentuk piramid di bagian atasnya, dengan kemiringan sudut yang dipertajam sedemikian rupa, sehingga diperoleh kesan atap yang menjulang ke langit. Bangunan beratap tajug dan joglo itu, konon, telah dikenal sejak masa Kerajaan Kahuripan dan Doho.

Kyai Nur Wahid

Beliau mendarmabahktikan hidupnya untuk kepentingan orang banyak. Beliau merupakan tokoh pembabat Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri,yang sekarang terkenal dengan sebutan kampung Inggris. Atas jasa beliau saat ini berbagai suku, ras dan agama dari berbagai profesi hidup berdampingan di Desa Tulungrejo. Mbah Nur Wahid juga mengajarkan ilmu baca al-qur’an kepada masyarakat sekitar, sehingga banyak orang yang tadinya tidak mengenal Islam dan ajarannya, akhirnya masuk islam dan belajar al-qur’an pada Mbah Nur Wahid. Dan yang terakhir Mbah Nur Wahid juga melahirkan anak cucu dan turunannya yang sholeh dan sholehah, putra tunggal beliau yang bernama Mbah Imam Puro merupakan Kepala Desa pertama di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

Untuk di ketahui, Mbah Nur Wahid bernama asli Raden Mas Ngabai Hadiningrat. Beliau merupakan keturunan Raja Sriwijaya dari Jawa Tengah. Beliau adalah salah satu panglima tinggi pasukan pangeran Diponegoro.Setelah Pangeran Diponegoro di tangkap oleh pasukan Belanda dan di tahan di Makassar, maka Mbah Nur Wahid dan tujuh teman bersama pasukannya bergeser ke daerah Jawa Timur untuk menghindari kejaran pasukan Belanda. Untuk menghilangkan jejak dari Pasukan Belanda, Mbah Nur Wahid beberapa kali berganti nama menjadi Raden Sangrip, Pranoto Gomo, Mas Julang,dan yang terakhir Nur Wahid yang artinya satu cahaya.

Arsitektur

Dalam arsitektur tradisional Jawa, biasanya atap tajug atau joglo ditunjang 4 soko guru. Pada Masjid Agung An-Nur Pare, setiap soko guru itu digandakan menjadi empat soko guru. Keempat soko guru ini disatukan oleh balok pengikat yang saling bersilangan di tengah dengan arah miring ke atas dan bersatu di titik puncak persilangan. Pada titik inilah balok pendukung space frame yang digunakan untuk konstruksi atap itu bertumpu. Struktur space frame dipilih untuk kerangka atap bertujuan untuk memberi kesan ringan yang diekspresikan oleh kerangka space frame tersebut, yang sengaja tidak ditutup dengan plafond, sehingga kontras dengan kesan kokohnya susunan balok dan soko-soko guru pendukungnya.

Rancangan Masjid Agung An-Nur Pare ini diilhami oleh John Portman, arsitek asal Amerika Serikat. Salah satu elemen rumah yang paling menonjol adalah kolom-kolomnya. Kolom yang ‘dibengkokkan’ (exploded column), yang didalamnya dikosongkan dan difungsikan khususnya untuk sirkulasi antar ruang dan tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas. Kolom yang ‘dibengkokkan’ inilah yang digunakan perancang untuk kolom-kolom masjid bagian luar, dengan tujuan untuk memberi proporsi yang sesuai dengan jarak kolom yang membentengi tiga traffee bagian luar. Selain itu juga memberikan tampilan yang kontras antara kolom lingkar yang kokoh dengan bidang dinding kaca lebar yang transparan di lantai satu. Bidang dinding kaca ini diperlukan untuk memberi kesan bebas pada para jamaah dari dalam masjid yang ingin melihat ke taman di luarnya.

Konsep arsitektur inilah yang mengantar Masjid Agung An-Nur Pare mendapat penghargaan Juara Pertama Sayembara Internasional untuk kategori Perancangan Arsitektural Masjid, termasuk pemanfaatan teknologi modern dalam arsitektur masjid. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Kerajaan Saudi Arabia, akhir Januari 1999 lalu.

 

Sumber Referensi:

  1. Muhammad Halim Ardlian Nafi’, Nim: 16540025(2020) Makna Simbolik Bangunan Masjid Agung An-Nur Pare Kediri Jawa Timur Menurut Masyarakat Dan Takmir Masjid. Skripsi Thesis, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
  2. Masjid Agung An-Nur Pare (https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Masjid_Agung_An-Nur_Pare)
  3. Kepala Kantor Beri Tausyah Pada Acara Haul Mbah Nur Wahid ke 148 (https://kemenagkabkediri.id/2022/06/29/kepala-kantor-beri-tausyah-pada-acara-haul-mbah-nur-wahid-ke-148/)
  4. Masjid Agung An-Nur di Kediri: Khas Jawa dengan Atap Joglo, Pernah Raih Penghargaan Internasional!(https://www.kompas.tv/article/278115/masjid-agung-an-nur-di-kediri-khas-jawa-dengan-atap-joglo-pernah-raih-penghargaan-internasional)
Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

penulis
Pesantren Tahfid Ar-rasyid PTA

Tulisan Lainnya

Oleh : Sumardi Solin

Sholat Sunnah Sesudah Wudu

Oleh : Pesantren Tahfid Ar-rasyid PTA

Keutamaan Shalat Berjamaah : Banyak Pahalanya

Oleh : Pesantren Tahfid Ar-rasyid PTA

Manfaat Puasa: Mau Tahu?

Oleh : Pesantren Tahfid Ar-rasyid PTA

Pondok Tahfidz di Malang: Kota Pendidikan