Ketika amal baik hilang seperti debu-Sahabat yang dirahmati Allah agama dibangun dengan 2 fondasi. Keyakinan dan perbuatan. Keyakinan yang kuat saja tidak cukup untuk menjadikan manusia mencapai tujuan agama. Perbuatan pun akan sia-sia jika tidak didasari oleh keimanan yang kuat.
وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُولَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”
📖 Qs. Al-Baqarah: 82
Kata iman selalu bergandengan dengan kata amal. “Mereka yang beriman dan beramal sholeh”, begitu firman Allah subhanahu wa ta’ala dua kata ini selalu hadir bersamaan untuk menunjukkan bahwa satu dan lainnya tak boleh berpisah. Keimanan harus selalu disertai dengan perbuatan. Allah selalu mengajak manusia untuk beramal soleh di dunia. Karena masih ada perjalanan panjang setelah kematian. Dia butuh bekal yang cukup untuk menyambut kehidupan abadinya di akhirat.
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
Dan katakanlah, “Berbuatlah kamu, maka Allah akan Melihat perbuatanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin.” 📖 Qs At-Taubah: 105
Tapi agama tidak pernah mengajarkan untuk merasa cukup dalam berbuat. Ketika kita telah selesai melakukan amal kebaikan, segera sambung amalan itu dengan kebaikan yang lain. Jangan pernah berhenti untuk beramal.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah berbuat (untuk urusan yang lain).”
📖 Qs. Asy-Syarh: 7
Perbuatan baik sering diiringi dengan perasaan bangga diri. Sebanyak apapun masjid yang kita sumbang, anak yatim yang kita asuh, saudara yang kita bantu dan sebanyak apapun kebaikan tidak menjadikan kita layak untuk berbangga. Kenapa? Bukankah saya memang banyak berbuat baik?Ya, mungkin kita setiap hari selalu berlomba untuk berbuat baik, tapi siapa yang menjamin perbuatan itu diterima oleh Allah? Bukankah Allah sering mengingatkan tentang
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” 📖 (Al-Baqarah: 264)
Bukankah Allah berjanji akan membalas orang yang datang ke akhirat dengan tetap membawa kebaikan, bukan hanya melakukan kebaikan lalu dia membakarnya dengan dosa-dosa?
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa datang dengan kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” 📖(Al-An’am: 160)
Mengapa kita tidak boleh merasa cukup dan berbangga dengan amal baik kita? Karena Al-Qur’an memperingatkan, akan banyak manusia yang merasa telah berbuat baik namun sampai di akhirat dengan tangan kosong
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami akan Perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan Jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”📖 (Al-Furqon: 23)
Selain itu, Allah menyifati orang mukmin adalah mereka yang banyak beramal tapi hatinya selalu khawatir akan keselamatan dirinya di Hari Akhir. Mereka tidak pernah bangga dan merasa mulia dihadapan Allah subhanahu wata’ala.
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan-nya. ”📖 (Al-Mu’minun: 60)
Semoga amalan kita diterima oleh Allah dan akhir hidup kita ditutup dengan Husnul Khotimah.
Kamis, 13 Januari 2021 / 10 Jumadil Awal 1443H
Beri Komentar