Dalam kitab Sunan Abi Dawud sebanyak dua jilid dipilih empat hadits untuk dijadikan pedoman atau prinsip hidup seorang muslim.
”Cukup bagi seorang muslim untuk bekal keagamaan nya empat hadits saja” [Abi Dawud]
Yaitu ;
Rasulullah Bersabda:
إنما الأ عمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى
Artinya: “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, landasilah semua aktivitas sehari-hari kita dengan niat karena Allah Ta’ala karena apa yang kita kerjakan dan kita lakukan selama itu berlandaskan niat karena Allah Ta’ala maka akan menjadikan perbuatan itu bernilai amal sholeh dan bernilai ibadah.
Rasulullah Bersabda;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ. حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)
Maksudnya, setiap muslim hendaklah mengintrospeksi dirinya sendiri, sudah sejauh mana kualitas dirinya? Untuk itu setiap manusia hendaklah me-manage dirinya untuk mengerjakan apa-apa yang berguna bagi dirinya atau keluarganya, jangan sampai banyak waktu terluang dan tidak mendatangkan manfaaf bagi dirinya baik di dunia ataupun di akhirat.
Rasulullah Bersabda;
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
”Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah, ad-Darimi, ‘Abdul bin Humaid)
Berarti sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim yaitu ketika dia bertindak terhadap orang lain dengan tindakan yang tidak melukai hati orang lain tersebut dan tidak mengecewakan orang lain karena dirinya juga akan merasakan bagaimana sakit hatinya jika mendapatkan penghinaan dari orang lain, ia akan meresakan kecewa dengan sebab tindakan orang yang tidak bijak.
Rasulullah Bersabda;
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
(رواه البخاري ومسلم)
“Dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sungguh yang halal itu jelas, yang haram pun jelas. Dan diantara keduanya ada perkara yang syubhat –perkara yang rancu– yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Maka barangsiapa yang menghindari syubhat, maka berarti dia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjatuh ke dalam perkara-perkara syubhat, maka dia jatuh dalam perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti seorang gembala menggembalakan di sekitar tanah larangan. Hampir saja dia masuk dalam tanah larangan itu. Dan sungguh setiap Raja itu memiliki tanah larangan. Dan tanah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perkara-perkara yang diharamkanNya. Dan sungguh dijasad ini ada sekerat daging yang jika dia baik maka seluruh anggota tubuh akan baik dan jika dia rusak maka seluruh anggota tubuh akan rusak dan itu adalah hati.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Inilah Hadist yang harus dijadikan pedoman seorang muslim dalam usaha dan mencari nafkah untuk keluarganya, yaitu carikan yang halal jauhilah yang haram bahkan jangankan yang haram, yang syubhatpun lebih baik ditinggalkan demi menjaga citra agama dan kehormatan dirinya, karena dengan memakan yang haram akan mendapatkan sanksi neraka.
Beri Komentar